Aktifitas Fisik dan Tumbuh Kembang Anak Melalui Gerak Motorik dan Permainan

Pagi itu, 3 mahasiswa PJKR UKSW sibuk menata cone berwarna oranye secara berurut dengan jarak yang sama. Di SDN 1 Bajo, Blora; Briyan, Bastian, dan Jimmy akan memberikan materi gerak motorik bagi siswa SD. Gerak motorik ini sangat penting bagi tumbuh kembangnya.

Gerak motorik dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, karena menjadi fondasi bagi kemampuan fisik dan keterampilan gerak yang lebih kompleks di kemudian hari. Gerak motorik dasar meliputi kemampuan berjalan, berlari, melompat, melempar, menangkap, memanjat, dan menendang—semua aktivitas yang membantu anak mengendalikan tubuhnya secara seimbang dan terkoordinasi. Melalui latihan dan permainan yang melibatkan gerak motorik dasar, anak belajar mengenali kemampuan tubuhnya sendiri, melatih keseimbangan, kekuatan otot, kelincahan, serta daya tahan tubuh. Selain manfaat fisik, aktivitas motorik dasar juga berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan emosional, karena anak belajar memecahkan masalah sederhana, mengatur strategi gerak, serta mengembangkan rasa percaya diri saat berhasil melakukan suatu keterampilan baru.

Secara sosial, kegiatan motorik dasar membantu anak berinteraksi dengan teman sebaya melalui permainan bersama, seperti berlari, menendang bola, atau melompat tali, yang semuanya menumbuhkan rasa kebersamaan dan empati. Anak yang aktif bergerak juga cenderung memiliki daya konsentrasi lebih baik dan suasana hati yang positif karena aktivitas fisik dapat merangsang produksi hormon endorfin. Dengan demikian, penguasaan gerak motorik dasar tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga menjadi dasar bagi perkembangan mental, sosial, dan emosional anak secara menyeluruh. Itulah sebabnya, pendidikan jasmani dan permainan aktif perlu terus diberikan sejak usia dini agar anak tumbuh menjadi individu yang sehat, tangguh, dan percaya diri.

Dilain tempat, Juno, Danil, dan Thito mengenalkan gobak sodor di MI Assalam Bajo. Aktifitas fisik ini adalah permainan tradisional yang syarat makna dan manfaat bagi anak-anak, bahkan di beberapa tempat gobak sodor sudah dikompetisikan.

Gobak sodor adalah salah satu permainan tradisional Indonesia yang sangat populer, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Permainan ini dikenal di berbagai daerah dengan nama yang berbeda—seperti galah asin, galasin, atau hadang—namun prinsip permainannya tetap sama: dua kelompok saling berhadapan, satu kelompok berperan sebagai penjaga garis dan kelompok lain berusaha menembus garis-garis pertahanan hingga mencapai garis akhir dan kembali tanpa tertangkap. Gobak sodor dimainkan di lapangan persegi panjang yang dibagi menjadi beberapa kotak atau petak dengan garis-garis batas. Jumlah pemain biasanya 6–8 orang per tim, dan permainan ini menuntut kecepatan, kelincahan, strategi, serta kerja sama yang solid antaranggota tim.

Dari sisi olahraga, gobak sodor memiliki banyak manfaat fisik dan mental. Gerakan berlari, menghindar, mengejar, serta berbalik arah secara cepat melatih kekuatan otot kaki, daya tahan tubuh, dan koordinasi motorik. Selain itu, aktivitas ini juga memperkuat kemampuan refleks dan konsentrasi karena pemain harus memperhatikan setiap gerakan lawan dan waktu yang tepat untuk melintas garis. Di sisi sosial, gobak sodor mengajarkan nilai sportivitas, kebersamaan, dan komunikasi tim, sebab kemenangan hanya dapat diraih melalui kerja sama dan strategi bersama, bukan kemampuan individu semata. Nilai-nilai seperti saling percaya dan menghargai aturan juga tumbuh melalui permainan ini, menjadikannya sarana pendidikan karakter yang efektif.

Meski tergolong permainan tradisional, gobak sodor kini mulai diangkat kembali sebagai bagian dari olahraga rekreasi dan kompetisi. Beberapa sekolah, komunitas budaya, dan instansi pemerintah sering mengadakan lomba gobak sodor dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan atau festival olahraga tradisional. Bahkan di tingkat nasional, gobak sodor termasuk dalam kategori “Olahraga Tradisional Indonesia” yang difasilitasi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Festival Olahraga Tradisional (FOTRAD). Kompetisi ini menjadi ajang pelestarian budaya sekaligus wadah untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada generasi muda. Dengan demikian, gobak sodor bukan hanya sekadar permainan masa lalu, tetapi juga warisan budaya yang bernilai edukatif dan layak dikembangkan sebagai olahraga rekreatif dan kompetitif di masa kini.

Bagikan:
Facebook
Share
WhatsApp