
Kawasan Patiayam di Kabupaten Kudus yang dahulu mengalami deforestasi akibat penjarahan kayu jati kini mulai bangkit melalui kolaborasi antara masyarakat, akademisi, dan lembaga lingkungan. Pusat Penelitian Arkeologi dan Sains (CPAS) bersama Djarum Foundation melalui program Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) berperan aktif dalam mendampingi masyarakat Desa Klaling dan sekitarnya untuk menerapkan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Melalui skema Izin Pengelolaan Hutan Sosial (IPHS), warga diberdayakan agar mampu mengelola lahan hutan secara produktif tanpa mengorbankan kelestarian ekosistem. Program ini menjadi titik balik bagi Patiayam untuk berdamai dan bersinergi kembali dengan alamnya.
Hasil pendampingan menunjukkan masyarakat mulai mengubah pola tanam dari monokultur menjadi tumpang sari dengan menanam beragam komoditas seperti jagung, singkong, pisang, petai, dan alpukat. BLDF turut menyalurkan pupuk kompos ramah lingkungan ke berbagai titik lahan IPHS guna memperbaiki kualitas tanah yang sebelumnya miskin unsur hara akibat erosi. Dukungan CPAS juga memperkuat pendekatan ilmiah lewat studi etnobotani yang menggali hubungan antara masyarakat lokal dan vegetasi di sekitar kawasan Patiayam. Pendekatan ini diharapkan menjadi dasar ilmiah untuk menyeimbangkan aspek ekonomi, ekologi, dan konservasi budaya.
Selain memberikan manfaat ekonomi, program ini menumbuhkan kembali kesadaran ekologis masyarakat. Mereka kini menjaga vegetasi alami di sepanjang lereng dan sungai untuk mencegah longsor serta melindungi sumber air. Tradisi pertanian berbasis “pranata mangsa” tetap dipertahankan, namun diselaraskan dengan praktik pertanian modern yang ramah lingkungan. Dengan cara ini, masyarakat tidak hanya bertani untuk hidup, tetapi juga menjaga keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi penopang kehidupan mereka.

Upaya kolaboratif ini menjadi bukti nyata bahwa konservasi tidak bisa berjalan tanpa peran aktif masyarakat. Melalui pendampingan CPAS dan dukungan BLDF, Patiayam kini bertransformasi menjadi model kawasan pertanian berbasis konservasi yang menempatkan keseimbangan antara manusia dan alam sebagai prioritas utama. FIK UKSW dalam kegiatan ini terlibat dalam kerjasama penelitian, dengan mengutus Dhanang Pusoita sebegai etnobotanist yang akan mengerjakan sisi pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat. Dhanang turun ke Lapangan untuk penelitian, 3 – 23 September 2025 kemudian dilanjutkan 16 – 19 Oktober 2025 dan menghasilan sebuah hasil penelitian yang menjadi landasan dalam kegiatan rehabilitasi lahan di Patiayam. Dalam laporannya, Dhanang membuat gambar irisan gunung Patiayam lengkap dengan vegetasi dan simpanajn arkeologisnya. Masyarakat yang tinggal di sana memanfaatkan itu semua, dengan segala lebih kurangnya. Mereka sudah berdamai dengan kerusakan yang ada, dan saatnya Semangat “berdamai dan bersinergi dengan alam” menjadi gerakan nyata menuju masa depan yang hijau, produktif, dan lestari bagi generasi mendatang.T