
Beberapa waktu yang lalu sempat viral, insenerator (tungku pembakar sampah) yang minim asap diciptakan oleh mahasiswa IPB yang sedang KKN. Sontak ramai dikalangan masyarkat, dan ada beberapa tokoh masyarakat yang meminta desain alat pembakar sampah tersebut. Mahasiswa IPB pun merilis desain alat tersebut bahkan membuat tutorialnya, dan inilah wujud nyata dari pengabdian masyarakat yang berdampak.

Mahasiswa PJKR FIK UKSW yang saat ini sedang “KKN Tematik” sedang menghadapi masalah yang sama, yakni sampah rumah tangga yang ditempatkan tidak semestinya. Dengan demikian sampah menjadi masalah visual, aroma, dan berdampak pada sanitasi dan kesehatan. Pada kesempatan ini, kaprodi PJKR UKSW-Cahyo Wibowo menginisiasi pembuatan alat pembakar sampah yang desainnya mengadopsi karya mahasiswa IPB dan disesuaikan serta dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.

Selasa, 14 Oktober 2025 di belakang SDN 3 Bajo, Elyas dan Dominggus mahasiswa PJKR asal Pegunungan Bintang Papua memulai membuat insenerator dengan bahan utama dari bata ringan. Mereka nampak antusias membuat piranti pembakar sampah, dan mungkin akan menjadi pengalaman berharga bagi mereka saat diterapkan di daerah asalnya.

Mikha Adi Pradana selaku asisten dosen memberikan instruksi kepada mahasiswa yang mendirikan insenerator sederhana ini sesuai dengan cetak birunya. Koordinator kegiatan Dyas Hanes Pramudya menyampaikan jika pembakar sampah ini memiliki konsep kerja seperti rocket stove yakni membakar secara efisien dan cepat, serta meminimalisir pembentukan asap dan jelaga, karena terjadi pembakaran dengan sempurna. Kedepannya alat ini akan digunakan untuk memusnahkan sampah anorganik yang ada disekitar sekolahan, sedangkan sampah organik akan diolah dengan dekomposer portabel.

Sanitasi lingkungan menjadi salah satu konsen kegiatan mahasiswa PJKR, sebab menciptakan lingkungan yang sehat akan mendukung kualitas ekosistem dan berdampak baik bagi manusia dalam hal ini adalah warga sekolah. Kegiatan serupa diharapkan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan menjadi role model dalam mengatasi persoalan sampah disaat belum tersedia tata kelola terpadu.