Mahasiwa FIK UKSW Ciptakan Dekomposer dari Galon Bekas untuk Kelola Sampah Organik di SDN 3 Bajo, Blora

Untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekolah terutama dari sisi kesehatan, minggu yang lalu mahasiswa FIK UKSW yang diwakili oleh porgram studi PJKR telah membuat insenerator untuk membakar sampah anorganik. Program berikutnya adalah pembuatan dekomposer portable sederhanan untuk mentasi masalah sampah organik. Kegiatan ini bertujuan untuk mengelola dan mengolah sampah dari sekolah secara mandiri dan bisa memiliki manfaat.

Hanya dengan galon bekas sisa air minum dalam kemasan, bisa dimodifikasi menjadi tempat sampah sekaligus dekomposer. Secara prinsip, galon bekas bagian ujungnya dipasang kran air untuk dispenser, Galon kemudian dibalik dan dibuat lubang untuk memasukan sampah organik. Pada bagian dasar galon ditambahkan penyaring, untuk memisahkan padatan dan cairan. Pada akhirnya, padatan akan menjadi kompos dan cairan yang terbentuk akan menjadi POC (Pupuk Organik Cair).

Dekomposer limbah organik adalah agen alami yang berperan penting dalam mengubah sisa-sisa bahan organik — seperti daun gugur, sisa sayur, buah, dan makanan — menjadi produk bernilai tinggi bagi tanah, yaitu pupuk kompos padat dan pupuk organik cair (POC). Proses ini terjadi melalui kerja sama kompleks antara berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, dan aktinomisetes, yang memecah senyawa organik kompleks seperti selulosa, lignin, protein, dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana. Secara ilmiah, proses dekomposisi ini berlangsung melalui reaksi biokimia di mana mikroorganisme menggunakan enzim untuk menguraikan bahan organik menjadi humus (padatan kaya nutrisi) dan cairan hasil fermentasi (POC) yang mengandung unsur hara esensial seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).

Dalam tahap awal, bahan organik yang lembap dan kaya karbon akan menarik bakteri heterotrofik yang aktif pada suhu sedang. Mereka menguraikan gula dan protein sederhana, menghasilkan panas dan gas seperti karbon dioksida. Saat suhu meningkat, bakteri termofilik mengambil alih, mempercepat penguraian lignoselulosa dan mempercepat pembentukan humus. Setelah itu, jamur dan aktinomiset membantu menyempurnakan proses, menghasilkan kompos yang matang dengan tekstur remah dan aroma tanah segar. Pada waktu yang sama, cairan hasil rembesan dan fermentasi dari bahan organik—jika ditampung dengan baik—akan menjadi pupuk organik cair (POC) yang kaya senyawa bioaktif seperti asam amino, enzim, dan hormon pertumbuhan alami seperti auksin dan sitokinin.

POC memiliki manfaat besar bagi tanaman karena mudah diserap melalui akar maupun daun, sehingga mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Sementara itu, pupuk kompos padat berfungsi memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan menyediakan unsur hara makro dan mikro secara bertahap. Dengan kata lain, proses dekomposisi limbah organik bukan hanya cara ramah lingkungan untuk mengurangi sampah rumah tangga, tetapi juga bentuk rekayasa biologis alami yang mengubah “sampah” menjadi sumber kehidupan baru bagi tanah dan tanaman. Inilah contoh sempurna dari prinsip ekonomi sirkular di alam: tidak ada yang benar-benar terbuang, karena setiap sisa kehidupan akan kembali menjadi penopang kehidupan berikutnya.

Dekomposer ini dibuat oleh mahasiswa PJKR, kemudian ditempatkan di beberapa titik sekolahan dengan cara digantung, agar tidak dirusak oleh binatang. Ketinggian dekomposer ini, disesuaikan dengan jangkauan anak-anak agar bisa menempatkan sampahnya. Siswa nantinya yang bertanggung jawab mengelola dan mengolah sampah organiknya. Kompos nantinya akan menjadi media tanam dan pupuk, POC bisa untuk pupuk atau ecoenzim. Inilah langkah kecil dalam mengelola dan mengolah sampah organik secara mandiri, kedepannya bisa berlanjut dengan biopori.

Bagikan:
Facebook
Share
WhatsApp