
Salatiga, 28 Oktober 2025 — Kota kecil yang terletak di lereng Gunung Merbabu kembali menjadi pusat perhatian dunia. Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, menjadi tuan rumah penyelenggaraan International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences (UISPP) 2025, sebuah kongres bergengsi tingkat dunia di bidang prasejarah dan proto-sejarah. Acara ini mengusung tema “Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage and Development” dan berlangsung selama sepuluh hari, mulai 27 Oktober hingga 6 November 2025.
Kegiatan ini diikuti oleh ratusan peneliti, arkeolog, antropolog, dan pemerhati warisan budaya dari berbagai negara. Pembukaan resmi dilaksanakan di Balairung UKSW dengan penuh khidmat dan disemarakkan oleh penampilan budaya tradisional. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, membuka acara secara resmi dan menegaskan bahwa penyelenggaraan UISPP 2025 di Indonesia merupakan bentuk pengakuan dunia terhadap posisi Nusantara dalam sejarah evolusi manusia. “Indonesia bukan sekadar penjaga peninggalan purba, tetapi salah satu poros utama dalam kisah evolusi umat manusia,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Wali Kota Salatiga, Robby Hernawan, turut menyampaikan sambutan hangat kepada para delegasi internasional. Ia menegaskan bahwa Salatiga sebagai “City of Harmony” menjadi simbol dialog global antara budaya, sains, dan kemanusiaan. Dukungan penuh pemerintah kota terlihat dari penyambutan para tamu di Rumah Dinas Wali Kota yang juga menjadi lokasi gala dinner pembuka, lengkap dengan tari Gambyong, kuliner khas, dan pameran produk UMKM lokal.
Selama konferensi, peserta tidak hanya mengikuti simposium dan diskusi ilmiah di kampus UKSW, tetapi juga terlibat dalam kunjungan lapangan ke situs warisan prasejarah di Indonesia, termasuk Museum Manusia Purba Sangiran di Sragen dan Museum Ullen Sentalu di Yogyakarta. Kegiatan ini memperkuat misi UISPP 2025 untuk menghubungkan penelitian akademik dengan pelestarian warisan budaya secara nyata.
Kongres UISPP 2025 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menegaskan posisi strategisnya dalam peta riset arkeologi global. UKSW sebagai tuan rumah menunjukkan komitmen dalam memperkuat kolaborasi ilmuwan dunia, memperluas jaringan riset, dan membuka ruang dialog antara ilmu pengetahuan, pendidikan, serta masyarakat. Dalam konteks lokal, kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga dan mengelola warisan budaya prasejarah.
Menteri Fadli Zon dalam penutupan sementara menyampaikan bahwa salah satu langkah konkret hasil kolaborasi internasional adalah upaya pengembalian koleksi fosil dari Belanda ke Indonesia. Hal ini menjadi simbol komitmen global untuk menempatkan warisan budaya kembali ke tanah asalnya dan memastikan manfaat penelitian dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Dengan penyelenggaraan UISPP 2025, Indonesia—melalui UKSW dan kota Salatiga—berhasil menorehkan sejarah baru dalam kerja sama internasional bidang prasejarah. Lebih dari sekadar forum akademik, kongres ini menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, antara masa lalu dan masa depan.